Kamis, 03 Maret 2011

KOPLAK, Media Anak Belajar dan Berkreasi

Sorak sorai suara anak-anak yang riang sedang bermain dan belajar bersama di sebuah rumah petak sederhana. Di rumah ini dikenal sebagai sanggar tempat anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa berkumpul bersama saling berkreasi. Ya itulah sanggar KOPLAK (Kelompok Anak Laut Kreasi). Pada kesempatan ini, reporter esqmagazine.com mencoba mengunjungi KOPLAK pada Rabu, (7/7/2010).

KOPLAK merupakan organisasi yang fokus terhadap anak-anak yatim, piatu, dan dhuafa. KOPLAK sebagai media ekspresi partisipasi dan pendidikan anak di dalam memperjuangkan dan menyuarakan hak anak dengan mengorganisir kegiatan oleh, dari, dan untuk anak dengan melibatkan partisipasi masyarakat. KOPLAK sudah terbentuk sejak tahun 2003, namun baru diresmikan pada tahun 2005 yang didirikan oleh anak-anak muda.

Sanggar yang berlokasi di Jl. Kalibaru Timur, Cilincing, Jakarta Utara ini mempunyai visi terpenuhinya hak anak di keluarga dan masyarakat, sehingga terciptanya dunia anak yang layak. KOPLAK juga bertujuan menjadikan anak kreatif, produktif, dan mandiri. Kegiatan yang sudah berjalan diantaranya; bimbingan belajar, perpustakaan, sosialisasi hak anak, dan pementasan kesenian (teater, puisi, dan drama). Saat ini pengurus KOPLAK sekitar 19 orang (terdiri dari anak-anar muda) dengan anak didik berjumlah sekitar 166 orang.

Semangat untuk maju dan meraih cita-cita, itulah ciri khas anak-anak yang bernaung di sanggar KOPLAK. Yang juga menarik, beberapa dari mereka juga sudah menjadi alumni ESQ. Diantaranya adalah Sri Bulan (16 tahun) yang pernah mengikuti in house training ESQ CSR (Corporate Social Responsibility) PT Antam Tbk angkatan 2 yang diselenggarakan di Menara 165.

Gadis yang bercita-cita menjadi pengacara ini kesehariannya menjadi pengupas kulit kerang. Hal ini dilakukannya sejak kelas 4 SD (Sekolah Dasar) di usia yang masih belia, yaitu 9 tahun dengan tujuan membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Terkadang dalam sehari Sri bisa mendapatkan 1 Kg kerang yang dikupasnya akan dihargai Rp. 1500. Paling banyak, dalam sehari ia bisa mendapatkan 5 Kg, dengan demikian total yang didapatkannya mencapai Rp. 7500.

Meski begitu, tak selalu kegiatan mengupas kerang ini dilakukannya, semua tergantung dari kebutuhan banyaknya kerang di laut. Terkadang jika sedikit jumlah kerang yang didapat di laut, ia tak mengupas kerang. Biasanya kalau kerang sedang sepi bisa dikarenakan air laut tercemar limbah, sehingga jumlah kerang menjadi sedikit. Penduduk di daerah Cilincing, Jakarta Utara ini rata-rata bekerja sebagai nelayan, pengupas kulit kerang, dan buruh.

Sri bukanlah satu-satunya anggota KOPLAK yang berusaha membantu keluarga dengan menjadi pengupas kulit kerang. Sri juga termasuk anak yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah dengan bantuan dari orangtua asuh. Kini Sri sudah lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama), tapi untuk sementara ia tidak melanjutkan ke SMA (Sekolah Menengah Atas), karena terkendala biaya. Namun meski belum menlanjutkan sekolah, hal ini tak membuatnya sedih. Bersama teman-teman di KOPLAK, ia masih bisa belajar dan berkreasi guna mengisi waktu yang bermanfaat di hari-harinya.

Di sanggar, ia sempat bercerita pengalamannya sewaktu mengikuti training ESQ. Mulanya ia mengira training ESQ hanya seperti seminar biasa, tapi setelah mengikuti, ia merasa ini seperti siraman qalbu atau siraman rohani. Banyak perubahan yang dirasakannya, yang biasanya jika berbicara terkadang menyakiti hati, sekarang bisa lebih menjaga sikap.

“Manfaat training ESQ bisa lebih menghargai waktu, jadi lebih tekun, lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah,” imbuhnya.

Salah satu anggota KOPLAK lainnya, Fitroh Abdurrahman (13 tahun) yang juga sudah alumni ESQ ini juga memiliki peran penting di sanggar. Alumni ESQ for Teens angkatan 76 ini membantu mengajar bimbingan belajar (Bimbel) di sanggar. Anak didiknya terdiri dari anak-anak TK (Taman Kanak-kanak) sekitar 30 orang. Mereka yang belajar, per anak hanya memberikan sumbangan Rp. 500.

Dana ini akan digunakan untuk membiayai perlengkapan belajar, seperti membeli spidol dan yang lainnya. Kalaupun tak ada juga tak harus membayar Rp. 500. Hal ini bisa dimaklumi, karena secara ekonomi kebanyakan masyarakat sekitar tergolong kategori kurang mampu.

Siswa kelas 2 SMP ini dalam mengajarnya juga tidak dibayar sepersen pun. Baginya berbagi ilmu kepada orang lain itu lebih baik daripada harus menyimpannya sendiri. Fitroh membimbing belajar di sanggar sejak usia 12 tahun. Mata pelajaran yang diajarkannya, seperti; belajar menggambar, matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Bimbel diadakan setiap hari Kamis malam dan Minggu malam pukul 18.30 atau setelah Maghrib.

Anak yang bercita-cita menjadi Insinyur ini juga memiliki kesan mendalam setelah mengikuti training ESQ. Ia mengungkapkan, “Setelah training jadi gak suka bohong, bisa lebih menjaga diri seperti kalau mau melakukan sesuatu berpikir dulu sebelum bertindak, dan lebih patuh kepada orangtua.”

Salah satu pengurus KOPLAK, Mulyadi juga aktif di beberapa kegiatan ESQ. Seperti acara 3G (Golden Generation Gathering) yang diusung oleh GEMA 165 (Gerakan Pemuda 165), FOSMA 165 (Forum Silaturahim Mahasiswa 165), dan SHOT 165 (Silaturahim of Teens 165). Pria kelahiran 10 september 1986 ini mengikuti training ESQ for teens angkatan 73 pada tahun 2009.

Mulyadi yang akrab disapa Moel ini bertekad memperjuangkan KOPLAK agar terus aktif. Dengan kegiatan sosial, ia menjadikan ini sebagai sebagai bekal amalannya. Latar belakang berdirinya KOPLAK adalah semangat dan keinginan untuk tidak kehilangan generasinya (generasi muda), karena jika hilang, generasi kita juga akan hilang. Upaya yang dilakukan Moel ini merupakan bentuk kepeduliannya terhadap sesama. Beberapa kesulitan memang sering melanda sanggar ini, terutama berkaitan soal pendanaan, seperti sewa rumah (Tempat yang dijadikan sebagai sanggar).

“KOPLAK pengen tetap ada, mudah-mudahan ada yang membantu apapun itu. Agar KOPLAK ini tetap ada dan adik-adik disini bisa tetap belajar dan senyum. Ini merupakan media pendidikan juga bagi anak-anak di daerah sini yang tidak mampu. Visi kami adalah terpenuhinya hak anak di keluarga dan masyarakat, sehingga terciptanya dunia anak yang layak baginya,” harap Moel yang kesehariannya juga sebagi pengamen (Seniman jalanan) ini.

KOPLAK juga berkarya dengan menghasilkan karya-karya yang memiliki unsur seni. Bahkan karya yang diciptakan sudah banyak yang laku dijual. Buah karya yang diciptakan diantaranya; aksesoris pin, miniatur perahu (Terbuat dari pohon bambu), puzzle (Terbuat dari kerang laut dan pasir laut), frame (Terbuat dari kerang laut dan pasir laut), dan masih banyak hiasan-hiasan lainnya. Karya-karya yg dihasilkan semuanya mengedepankan potensi alam.

KOPLAK juga telah mendapatkan penghargaan dalam workshop penguatan jaringan taman bacaan anak 1001 buku. Meskipun perpustakaan KOPLAK (taman bacaan) masih sangat sederhana dikarenakan jumlah buku yang masih terbatas. Namun semangat belajar dan berkreasi tetap menyala tak akan hilang. Sanggar yang sudah berjalan 5 tahun ini masih tetap aktif, karena kemandirian anggota KOPLAK dan masyarakat yang peduli, termasuk diantaranya para alumni ESQ.

0 komentar:

Posting Komentar

Tukar Link Yuk.. !!!!

« Masukan Komentar Anda

Name Login as guest
Email
Website
Comment
Very HappyBusy right nowPaeceHappyBig SmileRolling on the flor laughingWinkingSurprise
Tongue sticking outCryingConfuseAngryThinkingEmbrassedGeekBye
KissIn LoveBig HugWorriedCoolAlienCome closerBla bla
DancingDont knowFeeling beat upMoneyYou are the manPrayingNo, not good 
Verification code
 

Kalosi.. Desa.. Qu.

Kalosi.. Desa.. Qu.
baca selengkap nya .....

Sponsor

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
code chat box di sini